Showing posts with label mikir. Show all posts
Showing posts with label mikir. Show all posts

Sunday, December 08, 2013

Learned something new, it was a good day

Kemarin, saya mengambil racepack BajakJKT di mall FX Sudirman. Ini perlombaan pertama saya, setelah dua perlombaan sebelumnya saya gagal ikut (padahal sudah bayar T_T ). Sejak memasuki halaman FX tidak perlu khawatir salah lokasi, karena logo BajakJKT sudah terpampang besar-besar.

Orang-orang itu sedang apa sih? Well setelah mengamati orang2 itu saya mendapatkan pelajaran pertama hari itu: Bila anda memajang daftar nama peserta dengan menarik, maka orang-orang akan berkumpul dan sibuk mencari namanya sendiri. Ini saya sebut JebakanNarsis#1. Yah, walaupun tahu, toh saya terjebak juga :p


Masuk ke dalam, ternyata gak perlu susah mencari lokasi pengambilannya, karena dia bertempat di lantai satu yang langsung terlihat dari pintu masuk. Ada petugas yang memeriksa kelengkapan sebelum orang memasuki antrian. Bagus, jadi orang tidak perlu capek-capek mengantri dan ternyata kelengkapannya kurang. Kan dongkol. Tempat antriannya juga disiapkan rapi, sayang saya tidak ambil fotonya. Kebetulan saya datang saat sepi sih, tapi ini jauh lebih baik dari perkiraan saya, mengingat pendaftaran online sebelumnya ribet dan lama. Well done panitia!

Setelah pengambilan racepack, saya ditawari untuk melakukan footscan. Dengan mengambil data tekanan jejak kaki kita saat berjalan dan melangkah, mereka bisa merekomendasikan sepatu lari apa yang cocok. Sepatu Nike tentunya, kan ini eventnya Nike. Untuk scan ini tidak dikenakan biaya, cukup mengisi kuesioner saja. Berhubung haratis, saya ikutan saja, hehe.

Ternyata untuk bisa footscan harus antri cukup lama. Saya harus menunggu sekitar 20 menit, itupun sudah terbantu banyaknya orang yang tidak jadi scan sebelum saya. Tapi gapapalah, namanya juga akhir pekan. Nyantei kaya makan gulei men! Dan inilah hasil footscan saya:


Punten gambarnya jelek. Jadi, apa yang bisa anda simpulkan dari hasil footscan saya? Well, kalau menurut mas-mas Nikenya sih dari hasil scan saya bisa disimpulkan kalau saya ini ngga cocok kerja di air #eh. Ngga ding, dibilangnya telapak kaki saya normal, tapi sudut kaki saya saat berdiri dan berjalan buruk sekali. Terlalu mengarah ke luar. Ini mengakibatkan lari saya tidak efekti. Wait, seingat saya saya sudah berjalan dan berdiri selama lebih dari dua puluh tahun! Jadi si mas ini berani-beraninya bilang bahwa saya sudah salah selama ini??? (Klik untuk efek suara). Hence pelajaran kedua dan terpenting hari itu: Just because you have been doing it for a long time, doesn't mean you are doing it right! Punten Inglisnya, susah ngebahasaIndonesiain, hehe. Untuk sepatunya saya disarankan memakai sepatu yang termasuk kategori Neutral Ride, apapun artinya itu. Berhubung di dekat situ ada toko Nike, saya masuk untuk tanya-tanya. Ternyata harganya berkisar 1,2 sampai 2,2 juta rupiah sajaa. Yah, kapan-kapan deh, cocok di kaki tapi gak cocok di dompet nih.

Oh, tak disangka saya ketemu dua orang teman kuliah di sini. Satu ambil racepack  juga, satu lagi sedang ikut BUMN fair, acara yang bikin banyak orang ambil cuti dari kantornya, hakhakhak. Hari itu kebetulan juga sedang ada JKT48 theater. Saya lihat 4 orang om2 Jepang yang kedengarannya bersemangat sekali mau nonton. Cukup lucu juga kalo nguping omongan mereka pakai bahasa Jepang saya yang sudah usang ini. Jadi inget waktu main ke akiba, hakhakhak.

Setelah makan dan ngobrol2 dengan si teman. Saatnya pulang. Normalnya, saya akan naik Transjakarta dari Senayan ke Slipi, kemudian sambung Patas 34 dari BlokM yang lewat Karawaci. Tapi ini jam 7 di malam minggu. Halte bus Gelora Bung Karno penuh sesakkkk. Bus yang menuju Kota pun selalu penuh. Belum lagi nanti harus ganti koridor dan menunggu bus lagi. Di sinilah pelajaran ketiga saya praktikan:
To Reach the Top 5%, You Must Simply Kick the Ass of the Other 95% . Intinya, kamu harus rela melakukan apa yang kebanyakan orang tidak mau lakukan. Saya mau pulang dengan nyaman, jadi harus gimana nih? Akhirnya saya jalan dari GBK ke halte sebelumnya, yaitu Bunderan Senayan. Di sini halte tidak sepenuh di GBK. Kemudian saya naik Transjakarta ke arah blok M. Dari blok M, baru saya naik P34. Memang agak lebih lama, tapi yang penting saya dapat duduk nyaman sepanjang perjalanan.




Tuesday, January 08, 2013

2013/26/S2

Whew! January is always a big month for me. This year make it more so. I defended my master thesis in December and will be going home this January, Woooho! Alhamdulillaah. This week, I also had my 26'th birthday *gasp*. And we just have the new year behind us. I think this is a good time for reflection, not only for the past year but also since I went to pursue my study in Korea. Here is some major lesson that I get, outside my research, of course.

1. Give yourself some break
You are just a human being. A mere mortal with limited time, capability and energy. Thus, you are prone to failure. When you do fail, there's no need to be so hard on yourself. It's natural. You can throw so many hours at your work but if you don't have any more energy, it would not yield anything meaningful. In fact, it can be harmful as you could make unnecessary mistakes, resulting in reworks. Do your best in your work, but when it's time to call it a day, shutdown and relax.

2. Prioritize
Well, since you only have limited energy, you need to be selective about what you are going to spend it for. This is where you make your choice about what is important for you, and what's not (ahem, dial down the drama please). And what's important might not necessarily productive economically. But when you choose to do something productive, choose an activity that can deliver most effect per energy spent. You know, the pareto principle. For example, you might feel productive rearranging your room the whole day, or reading a productivity blog, but what about that term paper laying around?

3. Think long term
This year, I gained a new hobby. Running. Endomondo recorded that I had run for more than 160 km in 2012. Maybe it's not much for some people, but I'd never thought i'd be able to run that far. My target was just to be able to run 10 km in one go. It's already a stretch target to me, mind you, since at the beginning of the year running 3 km will leave me half dead. So I run regularly, increasing the distance and speed little by little. The result, before winter comes I can cover 10k under one hour. Slick huh? Well the secret is to do it step by step. In the beginning of my training, I often get impatience and push my myself way over my limit. I'd get good result that day, but then I'd be crippled for more than a week, not able to do any exercise whatsoever. So just do it little by little, step-by-step. As long as you keep yourself moving in the right direction.

4. You'll miss a lot of things, and that's okay
To do what's important, you have to give up many things. Learn to say no. You don't have to go to every gathering. And that volunteering will go just fine without you (your ego might say otherwise, but believe me on this). Every body has their role in this world, play yours well, and let other play theirs.

5. You are not alone
There are some who miss you. Some who want to help you. Some who need your help. Thus, don't forget to   turn your head away from your work once in a while and look around.

6. The world is just awesome!



Saturday, October 27, 2012

Cara Belajar

Saya sering ditanya oleh teman ataupun saudara tentang cara belajar saya. Selama ini saya kesulitan untuk menjawab, karena saya rasa cara belajar saya ya biasa saja, tidak berbeda dari orang lain. Masalahnya, selama ini saya juga tidak tahu cara belajar orang lain itu seperti apa, hehehe.

 Cara belajar yang baik itu penting. Kenapa? Karena semakin efektif kita belajar semakin banyak yang kita pelajari. Ini bukan hanya berlaku untuk pelajar yang masih bersekolah atau kuliah, tapi bisa untuk mempelajari hal-hal praktis seperti programming atau bahasa.


Kebetulan kemarin saya baca satu artikel di blog Study Hack yang membahas satu metode belajar seorang mahasiswa. Dengan metode ini, si mahasiswa berhasil menguasai empat tahun materi MIT dalam waktu satu tahun saja. Luar biasa kan?  Saya coba pelajari cara belajarnya dan saya bahas di sini. Silahkan disimak.

Langkah pertama adalah tahu lingkup materi. Artinya kita tahu hal-hal apa saja yang harus kita pahami untuk bisa disebut menguasai suatu materi. Untuk bisa tahu lingkup materi, baca bahan-bahan yang ada. Orang seringkali menganggap kita harus langsung paham dalam sekali baca. Akibatnya banyak orang berusaha memelototi suatu materi sampai dia paham betul. Ini akan kurang efektif dan makan waktu terlalu lama. Ingat, kata kuncinya adalah tahu, bukan kuasai. Jadi, kita tidak harus paham betul dulu di tahap ini. Yang penting tahu saja dulu. Cara yang baik di tahap ini adalah dengan membaca (/mendengar kuliah/ menonton video) dengan cepat sambil membuat catatan ringkas. Bisa juga dengan membuat ringkasan satu halaman untuk tiap satu bab buku, misalnya.

Langkah kedua adalah latihan. Fungsi utama latihan adalah untuk tahu apa hal yang tidak kita kuasai. Bisa saja sih kita menggunakan latihan supaya paham, tapi sama seperti langkah pertama, bakal terlalu lama. Hal yang paling penting dari latihan adalah feedback langsung. Evaluasi langsung sangat penting untuk efektivitas latihan kita. Jadi kalau kita mengerjakan soal-soal latihan, yang terbaik adalah kalau kita punya kunci jawaban dari soal-soal tersebut. Selesai kita mengerjakan satu set soal latihan, langsung evaluasi menggunakan kunci jawabannya.

Langkah ketiga dan yang terpenting adalah pemahaman. Di tahap inilah kita benar-benar memastikan penguasaan kita terhadap suatu materi. Untuk mempermudah pemahaman kita, dapat menggunakan metode Feynman. Ambil selembar kertas, tulis judul topik yang kita kuasai, lalu tulis seakan-akan kita sedang mengajari orang lain tentang topik itu menggunakan kata-kata kita sendiri. Saat menulis ini kita boleh bolak-balik membaca bahan materi kita. Saat berusaha menjelaskan kepada orang lain inilah kita akan menemui hal-hal yang akan sulit untuk kita jelaskan. Itu tandanya kita belum paham betul akan hal tersebut. Feynman adalah seorang profesor yang super duper terkenal di bidang Fisika btw. Saya sedang membaca autobiografinya. Tulisannya enak dibaca.

Untuk memperdalam pemahaman kita, coba gunakan analogi-analogi, misalnya bandingkan konsep torsi dengan kegiatan menyekrup. Gunakan juga kata-kata yang sederhana. Makin sederhana makin bagus.

Menurut saya ada lagi yang lebih baik dari metode Feynman, yaitu benar-benar mengajari topik tersebut untuk orang lain. Di samping memperdalam pemahaman kita, kita juga berpahala karena membantu orang. Plus, kita juga bisa tambah ngetop sedikit, hehehe. (Trust me, it works ;) )

Ketiga langkah yang sudah disebut di atas tidak mesti berjalan sendiri-sendiri. Bisa saja kita baca setengah bab kemudian berlatih soal yang sudah kita baca, lalu menggunakan metode Feynman. Atau bisa saja setelah   tahap pemahaman, kita baca ulang materinya, berlatih lagi, kemudian berusaha memahami lebih dalam kembali.

Tips-tips di atas saya coba terapkan untuk artikel cara belajar dari blog Study Hack tadi. Ringkasan saya untuk artikel yang saya baca saya taruh di gambar di bawah. Blog ini adalah implementasi metode Feynmannya.


Oke, demikian tips-tips untuk belajar dengan efektif. Semoga bermanfaat!



Tuesday, May 29, 2012

Life Questions to Think About

Hello, been a long time. Why? Life, as usual.

I read “How Will You Measure Your Life”, an old article from 2010, wrote by Prof. Clayton M. Christensen of HBS.  This article feels so relevant to me since now I’m in my last phase of my study. I wished I had read it when I graduate from my undergrads.

On the last day of his class, Prof. Christensen asked his students to find their answers of these three questions:
1. How can I be sure I will be happy in my career?
2. How can I be sure that my relationships with my spouse and my family become an enduring source of happiness?
3. How can I be sure I’ll stay out of jail?

The first question is a classical one. Since career is one thing that will take major slice of your life, it should bring us happiness right? Well, the popular answer nowadays is “Find your passion!” Unfortunately, that suggestion is not so practical. I spend some time after my graduation pivoting with some jobs, yet I still did not feel this passion thingy. I am not saying that it is a waste of time to try finding your passion. I learned many things and now I do have some idea about how I want to lead my life. It was time well spent, yet it is not enough to guarantee your happiness on your career.

The second question for me is interesting in a peculiar way. You see, just recently I stepped –up my relationship with my partner. Well, we already talk about marriage since day one, but now that both of us are at the end of our study we talk about it more concretely.  You know, making plan together, talk about jobs, parents opinion, monthly budgets, car-or-house first, those kinds of stuffs. So this question will fit in quite nicely in our discussion.  

The third question might sound silly, but it is a serious one. There are already some people from my alumni that spend some time behind the bars. I’m quite sure none of them planned to do so when they graduated, and I definitely do not plan to follow their footsteps. Therefore, some conscious decisions have to be made regarding this.

To sum up, the article is very insightful for me. I’m I highly recommend you to block some reading time, since it is quite lengthy, and go read it deeply.  Now excuse me, I have some thinking to do.



Saturday, August 27, 2011

Soal Potensi

Saya bosan.

Bosan mendengar kata-kata bahwa Indonesia punya potensi yang luar biasa.

Saatnya potensi ini kita terjemahkan menjadi sesuatu yang nyata. Bagaimana? Dengan bekerja! Sehingga nanti, kita dengar Indonesia adalah suatu bangsa yang berhasil memanfaatkan seluruh anugerah Tuhan kepadanya. Berhasil menerjemahkan potensi menjadi kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.

Saya berjanji, Insya Allah kita bisa. Karena seperti dikatakan Anies Baswedan
Republik ini dibangun di atas ikatan janji



Merdeka!
#17an

Saturday, May 07, 2011

Tentang Idealisme

Sering orang bilang, "Hidup itu harus punya idealisme!". Tapi, apa sih sebenarnya idealisme itu?

Kalau menurut KBBI daring:

ide·al·is·me /idéalisme/ n 1 aliran ilmu filsafat yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat dicamkan dan dipahami; 2 hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yg dianggap sempurna; 3 Sas aliran yg mementingkan khayal atau fantasi untuk menunjukkan keindahan dan kesempurnaan meskipun tidak sesuai dng kenyataan
Err,, jadi? Kalau ngerasa bingung bacanya, sama, saya juga bingung, hahahhaa.

Menurut saya sih, idealisme itu adalah pandangan kita soal bagaimana seharusnya keadaan berjalan. Err, bingung juga? Hahaha susah ngindonesiainnya. Maksudnya: "our view about how things are supposed to be" . Bukannya ga cinta tanah air atau begimana, kadang saya lebih gampang mengekspresikan ide dalam bahasa inggris.

Jadi misalnya, kalau masuk bis transjakarta kamu berpendapat bahwa kita seharusnya antri dan menghormati orang yang datang sebelum kita, nah! Itu idealisme!

Benar, idealisme tidak harus yang besar-besar, tapi dimulai dari cetek2 dulu juga tidak apa-apa. Tidak apa-apa pula kalau kita belum bisa melaksanakan idealisme kita. Yang penting, selama kita masih berpikir bagaimana yang seharusnya, itu sudah bagus. Jangan asal "ah, biasanya juga gini". Kalo kata orang, "Only dead fish goes with the flow."


Mumpung lagi ngomong idealisme, saya mau curhat tentang idealisme ultimate saya. Menurut saya Indonesia seharusnya menguasai teknologi yang mumpuni, sehingga tidak harus memperkosa kekayaan alamnya seperti sekarang hanya untuk mengisi perut rakyatnya. Saya sepakat kekayaan alam itu harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan kita. Cuma sebisa mungkin kita buat nilai tambah sebesar2nya. Untuk itulah kita perlu yang namanya SDM yang mumpuni, tsaaah.

Ok demikianlah. Jadi, apa idealisme kamu? Share dong, baik yang kecil maupun yang besar :)

Sunday, March 06, 2011

Soal Keresek

Salah satu hal unik yang saya dapatkan di Korea adalah, bahwa ternyata supermarket di sini tidak menyediakan kantong plastik untuk para pengunjungnya. Lalu bagaimana dong cara membawa belanjaannya? Yaa, umumnya pengunjung membawa sendiri tas dari rumah. Kalau terlanjur tidak membawa, supermarket menyediakan tas kertas yang bisa dibeli dengan harga 400 won (sekitar Rp. 4.000,00), lumayan juga. Bila membeli dalam jumlah banyak, disediakan kardus2 gratis kumplit dengan lakbannya yang bisa digunakan untuk membawa barang. Rupanya inilah kebijakan untuk menekan jumlah penggunaan kantung plastik.

Memang berapa sih jumlah keresek yang bisa dihemat? Woh, sangat banyak pemirsa. Ini pertama kali saya sadari saat ngekos di Jakarta. Di kos2an saya minimal pergi ke betamart (bukan nama sebenarnya) satu kali dalam sehari, untuk membeli air minum. Setiap pergi ke sana, selalu pulang dengan satu kantung plastik (alias keresek). Karena kebiasaan di rumah, saya selalu menyimpan keresek yang tidak dipakai, tidak langsung dibuang. Tak ayal *cailah* dalam waktu sebulan saja keresek sudah menggunung di pojok2 ruangan kamar saya yang mungil namun asri itu.

Kenapa penggunaan keresek harus dikurangi? Wah ini sih bukan rahasia umum: plastik itu susah terurai. Jadi sampah plastik bakal numpuk di mana-mana. Daripada pusing-pusing memikirkan bagaimana pembuangannya, lebih baik dikurangi sejak awal pemakaiannya toh? Selain itu, tahukah anda, darimana keresek dibuat? Dari minyak pemirsa! yoi, jangan salah, yang anda tenteng2 tiap hari itu dibuat dari fosil berusia jutaan tahun yang lalu. *semoga bikin tambah merasa bersalah*

Kira2 kalau kebijakan ini diterapkan di Indonesia bisa ngga ya? Saya bilang sih kenapa engga? Negara-negara lain sudah banyak yang menerapkan, mulai dari Cina sampai UAE. Saya sendiri, sejak menggunungnya kantong keresek di kos2an, selalu membawa kantong sendiri kalau belanja ke betamart. So it's possible!

Sunday, February 27, 2011

Orang Indonesia itu tidak Malas

Entah kenapa, selama ini saya banyak menemui orang yang beranggapan bahwa orang kita itu malas2. Padahal menurut saya engga sama sekali lho.

Banyak orang yang mengambil contoh bangsa Jepang atau Korea soal ketekunan bekerja. Sekarang, saya sudah mengalami keduanya dan saya bilang: ternyata ga wah2 banget kok mereka. Waktu saya internship di Jepang, saya lihat pelajar2 Indonesia adalah yang paling rajin2, bahkan lebih dari orang2 Jepang sendiri. Di lab saya di Korea saat ini, jam mulai adalah pukul 9.30 pagi dan selesai sekitar 10 PM, alias 12.5 jam. Di kantor saya dulu orang2 biasa bekerja jam 7.45 sampai jam 7 lagi. Hampir 12 jam juga, itupun masih ditambah kadang2 masuk hari sabtu.

Coba lihat para commuter di kota satelit Ibukota. Seringkali mereka harus berangkat kerja jam 5 pagi dari rumah dan baru kembali lebih dari jam 7 malam. Apa itu disebut malas? Lihat orang yang pagi hari bekerja sebagai buruh atau guru dan sore hari mencari tambahan sebagai pengojek, berani sebut itu malas?

Sebagai bangsa tropis, kita juga tidak mengenal liburan musim panas dan dingin. Beda dengan di negara2 eropa yang bisa sampai berbulan-bulan.

Terus, kenapa dong bangsa kita belum maju2? Korupsi? Pengaruh asing? Kepemimpinan yang tidak jelas? Apapun itu, yang jelas cuma kita sendirilah yang bisa membawa bangsa ini maju, bukan orang lain.

ayo! we deserve better than this. Am I too naive?

Saturday, November 20, 2010

Math is Super Exciting

Background info: Saat sekolah sekolah dulu, matematika adalah pelajaran kesukaan saya. Betul, makanya sejak dulu saya tak pernah ragu untuk masuk ke sekolah teknik, hehe.

Kemarin kebetulan saya melihat video presentasi TED yang berkaitan dengan matematika. Judul presentasinya: Conrad Wolfram - "Teaching Kids Real Math with Computers". Judul yang sangat menarik bagi saya, karena mengandung dua kata: "math" dan "computer". Selain itu judulnya juga provokatif: real math?? jadi yang selama ini diajarin di sekolahan bukan real math?? who the hell is this guy, dare talked like that. Langsung meluncur ke TKP! Saya juga menganjurkan pembaca menonton dulu videonya sebelum baca artikel ini, hehe.

Oke, yang pertama dibahas dalam presentasi itu adalah:
Why teach math? Kenapa sih pelajaran yang bikin puyeng itu jadi pelajaran wajib di sekolahan?
1. pekerjaan teknik. Yes, orang yang ingin bekerja di dunia teknik tentu perlu matematika
2. kehidupan sehari-hari (beli2, itung barang)
3. melatih logika. Matematika melatih logika, yang sangat penting untuk hidup jaman sekarang ini.


Terus, apa sih matematika itu? Kata Mr. Wolfram:
Math:
1. posing the right question
2. real world > math formulation
3. computation
4. math formulation > real world, verification

Hmm, ya ya. Sepertinya kita belajar itu semua di sekolah. Terus apa yang salah dong?? Yang salah adalah, kita terlalu banyak menghabiskan waktu di langkah no (3), sedangkan langkah (3) ini sudah dapat dilakukan dengan alat bantu (baca: komputer). Yang harus dilakukan adalah mengurangi porsi langkah (3), dan memperbanyak langkah (1),(2), dan (4). Dosen saya, Pak Her pernah bilang, orang yang cerdas bukanlah orang yang bisa menjawab dengan tepat, tapi orang yang bisa mengajukan pertanyaan yang tepat.

Trus, kenapa sih kita terjebak dengan menghitung tangan. Apa keuntungan berhitung dengan tangan? Kata Pak Conrad, alasan yang biasa dikatakan orang:
1. hitungan praktis, macem berapa harus bayar pajak, berapa luas tanah, dll.(valid)
2. belajar dasarnya dulu (kurang valid). Dasar? Apa yang disebut dasar?
3. komputer "mendangkalkan" matematika (sama sekali gak valid)
4. menghitung dengan tangan memunculkan pengertian tentang (valid)

Kita harus mencari cara untuk mengurangi porsi menghitung, tanpa menghilangkan keuntungan validnya. Dengan demikian kita dapat memberi tempat untuk konsep. Padahal saya suka menghitung lho (baca background info :P) Terus terang, kemesraan saya dan matematika sempat terganggu. Tahun pertama dan kedua, saya diajari tentang kalkulus dan matematika fisik. Terus terang saya tidak bisa menangkap apa sebenarnya yang saya pelajari dan apa gunanya. Akibatnya, tiada motivasi untuk belajar. 14 SKS matematika dan tidak ada yang dapat A, huks.

Keadaan berubah saat saya di tingkat 3 dan 4. Saya mulai mempelajari dinamika fluida, pemodelan sistem, mekanika kuantum dsb. Semuaaa menggunakan matematika. Baru saya ngeh, ooooh, semua itu untuk inii. Barulah kemudian saya buka lagi itu buku2 matematika dan belajar dari situ. It was super exciting!

Nah, Pak Wolfram mengusulkan bahwa matematika diajarkan sesuai dengan tingkat kesulitan konsepnya, bukan hitungannya. Dengan metoda yang diusulkan pak Wolfram ini, tentu tidak perlu lagi harus ada murid yang bernasib seperti saya. Misalnya kalkulus. Konsep kalkulus itu ngga rumit lho. Yang susah itu hitugannya. (believe me, saya dapat D saat kalkulus tapi saya fasih menurunkan persamaan atom hidrogen >:) ). Sebagian waktu yang dihabiskan untuk kalkulasi dapat dialihkan untuk membicarakan konsep dan contoh implementasi. Untuk memahami langkah-langkah dan prosedur kalkulasi si murid ditugaskan membuat program. Worked perfectly for me. Tidak perlu pemrograman yang sulit-sulit. Bisa dimulai dengan Ms. Excel misalnya, menghitung lintasan gerak parabola, terus diplot. Menarik dan intuitif!

Hmm, saya ingin mencoba berekesperimen soal hal ini. Siapa yang bisa jadi bahan percobaan yaa.. *lirik-lirik anak orang*

EDIT2:
Dari diskusi sama temen2 di plurk, yang susah dalam pengajaran konsep adalah,, ujiannya. Jauh lebih mudah menguji benar salah hitungan daripada menguji pengertian konsep. Hmm, gimana caranya yaa..

Thursday, September 02, 2010

detour

Halo semua!

Hehe, lumayan lama ndak posting nih. Sebenarnya banyak yang bisa ditulis, cuma sakingnya banyaknya, dipikirin aja sudah bikin kewalahan, hahaha. Yasudah dijalani saja dulu.

Kadang hidup ini lucu. Kemarin kawan saya bercerita. Untuk rencana hidupnya, dia punya sebuah cita-cita. Setelah berbagai perjuangan dan kegagalan yang cukup panjang, akhirnya seminggu yang lalu dia siap untuk mengeksekusi rencananya itu. Ya, sampai tiga hari yang lalu sampailah sepucuk surat ke rumahnya. Surat yang membuatnya harus membanting setir dan menolak kesempatan untuk menjalani cita-citanya. It's a tough call, but he knew it's a call that he has to made. Darn hard for him!

Lucu, karena diam-diam saya juga mulai membanting setir.
Now, somewhat, I run his plan, and he run mine. Ndak papa, banyak jalan menuju Roma kan teman?



Ah, saya suka komik olahraga :D
*maaf ceritanya ngabstrak, kalo dijelasin ntar ketauan siapa2nya :P
Day # 2

Sunday, August 08, 2010

Northern Lights, Someday!

Terkadang sedikit suntikan keberanian bisa didapatkan dari kunjungan ke masa kecil.

Friday, July 23, 2010

Tentang Kegagalan

"Ingatlah, kita selalu punya pilihan. Apakah mau menjadi seperti telur, atau menjadi seperti bola tenis"


-Rhenald Kasali-