This is my answer for Quora question:
Indonesia: Why are some reasons to be optimistic about Indonesia's future?
Btw, checkout Quora. They're awesome!
McKinsey Global Institute predicted that Indonesia can be #7 biggest economy in the world by 2030 (from #16 today). The complete report listed several supporting trends such as:
1. The rise of Asia
Over the next 15 years, Asia is predicted to contribute 75% of the additional 1.8 billion members of global consuming class. Indonesia already seeing its exports to other Asian economy accelerated strongly in recent years (15-20% p.a.). This will continue once the global economy pick up.
2. Urbanization
71% of Indonesians will be living in urban areas, up to 53% today. The cities can make up 86% of the GDP, up from 74% today. Second tier cities such as Pekanbaru, Makassar, Pontianak will grow the most, with more than 7% rates annually.
3. Growing working-age population
Indonesia population could grow into 280 million from 240 million today, and the demography will remain positive until 2025. That is, the working force will be the main portion of the overall demography
4. An emerging digital and technology-driven nation
Internet access is growing at 20% annually at Indonesia, and expected to reach 100 million users in 2016. This greatly improves connectivity.
With those data, barring catastrophic scenarios, to borrow the trade minister Pak Gita Wirjawan saying, it is very difficult for me not to be optimistic about Indonesia's future
Showing posts with label indonesia 2035. Show all posts
Showing posts with label indonesia 2035. Show all posts
Friday, December 28, 2012
Thursday, December 22, 2011
PR kita, untuk Masa Depan Indonesia
Orang-orang yang mengenal saya pasti tahu bahwa saya ini
sangat optimis dengan masa depan Indonesia. Banyak yang menertawakan, berkata
bahwa saya harus melihat kenyataan. Terlalu banyak masalah, tidak mungkin kita
jadi negara maju. Itu hanya mimpi utopis!
Di postingan ini saya ingin berkata, saya cukup tahu bahwa
negara kita sedang berbagai masalah. Saya banyak baca, banyak dengar cerita
teman, dan pernah juga mengalami sendiri masalah-masalah itu. Tapi saya juga
tahu Indonesia punya banyak hal baik dan harapan. Saya juga tahu bahwa
negar-negara lain yang kelihatannya luar biasa juga punya banyak masalah.
Misalnya saja, dari pidato Gita Wirjawan, menteri perdagangan kita (saat itu kepala BKPM) di Seminar Futurology ini. (peringatan,
banyak angka. Tidak cocok untuk orang yang malas berpikir dan suka berkeluh kesah
saja). Memberi gambaran tentang tantangan yang harus kita hadapi. Diadaptasi bebas oleh saya.
Penduduk kawasan nusantara setiap milenium selalu
menghasilkan karya besar. Dinasti Syailendra pada milenium pertama menghasil
kuil/candi Budha terbesar di dunia. Milenium kedua, Majapahit memerintah
seluruh kawasan Asia Tenggara. Lalu, bagaimana dengan milenium ketiga?
Goldman Sachs memprediksi bahwa pada tahun 2045~2050, PDB
dunia berkembang dari USD 70T saat ini menjadi USD 420T. Dari jumlah tersebut,
50-54% dihasilkan dari Asia, dimana Cina, India, dan Indonesia membangun porsi
besar dari situ. Tahun 2000, lima negara dengan perekonomian terbesar di dunia
adalah USA, Jepang, Jerma, Prancis, dan Inggris. Tahun 2011 USA, Cina, Jepang,
Jerman, Prancis. Nah, di masa depan tak jauh dari sekarang, di dunia ini
penduduk yang berusia di atas 65 tahun akan berjumlah dua kali lipat penduduk
yang berusia kurang dari 15 tahun. Artinya, struktur demografis penduduk bakal
berubah menjadi piramida terbalik. Ini berbahaya karena jumlah penduduk yang
tak produktif kurang dari jumlah penduduk produktif.
Situasinya berbeda dengan negara kita. Dengan laju kelahiran
dan kematian kita, Indonesia bisa mempertahankan profil demografi kita yang
sekarang sampai kira-kira tahun 2025, dengan pertambahan penduduk 1-2% per
tahun. Dan bagaimana profil demografi kita saat ini? Saat ini, 60% dari
penduduk Indonesia berusia kurang dari 39 tahun. 50% dari penduduk Indonesia
berusia kurang dari 29 tahun. Ini luar biasa! Karena ada begitu banyak penduduk
usia produktif. Tentu dengan syarat, tersedia pendidikan dan lapangan yang
cukup.
Sekarang apa yang harus dilakukan bangsa kita untuk bisa berperan
besar dalam dunia baru di masa depan? Saat ini Indonesia baru punya sekitar
14.000 orang PhD. Cina dan India masing-masing punya 500.000 orang PhD. India
menambah sejuta insinyur dan sejuta dokter setiap tahun. Indonesia baru bisa
menambah jumlah PhD sebanyak 700/800 orang per tahun. Artinya dengan laju
sekarang selama 20 tahun ke depan kita baru bisa menambah sekitar 16000 PhD.
Bahkan setelah 20 tahun PhD kita masih kalah banyak! Terbayangkan sekarang,
kalau kita ingin sebuah masa depan di mana anak/cucu kita tidak harus jadi penjual
batu bara seperti sekarang, itu tidak akan mudah.
Ada tiga hal yang harus kita kejar untuk memacu pertumbuhan.
Yang pertama adalah hard
infrastructure. Target kita di tahun 2030 adalah PDB sebesar 9 T. kalau
PDBnya diakumulasikan dari tahun ini (USD720M) sampai 9 T di angkan 2030, kita
dapat angka 60 T USD. Secara teori, dari seluruh PDB, 5% itu harus jadi belanja
infrastruktur. Belanja infrastruktur kita tahun ini masih baru 3% dari PDB btw.
5% dari 60 T itu ada 3T. Garis bawahnya, untuk mencapai PDB / tahun sebesar 9 T
di tahun 2030, mulai sekarang sampai 20 tahun ke depan kita harus membangun
infrastruktur senilai USD 3T !
Dibelanjakan apa saja uang sebanyak itu? Wah, banyak sekali.
Saat ini infrastruktur kita benar-benar tercekik, salah satunya karena
pertumbuhan ekonomi kita yang pesat. Masuk ke jalan tol selalu antri. Saat ini
di seluruh Indonesia terdapat jalan sepanjang 350.000 km. Boleh dibandingkan
dengan panjang jalan Cina yang mencapai 4.5 juta km. Kita harus menambah
150.000km jalan raya, 150.000km rel kereta api, dan pembangkit listrik sebesar
10.500GW. Saat ini konsumsi besi kita baru 20kg/kapita/tahun, sementara untuk
menjadi negara maju kita harus mengkonsumsi besi sebesar 500kg/kapita/tahun.
Korea selatan, konsumsinya sudah 1200kg/kapita/tahun. Untuk mencapai konsumsi
sebesar itu, kita perlu kapasitas produksi besi nasional sebesar 120 juta ton.
Kita perlu konsumsi 400kg/kapita/tahun. Kita perlu energy 565 kWh/kapita/tahun.
Mimpi yang kedua, adalah soft
infrastructure, yaitu pendidikan dan kesehatan. Ini jelas, berkaitan dengan
angkatan muda kita yang besar.
Mimpi yang ketiga adalah mimpi infrastruktur digital.
Penetrasi broadband kita, hanya 18%,
masih jauh tertinggal bahkan dari sesama negara-negara Asia Tenggara. Tapi 50%
dari trafik internet di Indonesia sudah dilakukan melalui handphone. Bayangkan
seseorang di Manokwari, Papua, bisa mengakses kurikulum MIT melalui
handphonenya. Bayangkan perubahan yang bisa terjadi!
Bukan tidak mungkin, Steve Jobs berikutnya berasal dari Papua. Kenapa? Karena saat ini pun sudah mulai banyak orang-orang hebat dari Indonesia. Anton Soeharyo, yang belajar di Indonesia dan kemudian pergi
ke Jepang. Bersama rekan-rekannya, ia membuat sebuah aplikasi game yang masuk
10 besar plikasi yang paling banyak diunduh di Amerika. Sehat Sutarja, yang 30 tahun lalu berangkat ke Amerika, telah membuat Marvel Technology, perusahaan dengan pemasukan USD 4M per tahun.
Orang berkata, jenius adalah kapasitas untuk menerima rasa
sakit yang tak terbatas. Kita sudah menerima berbagai macam rasa sakit cobaan. Pada
tahun 1998 kita benar-benar terpuruk. Semua orang berkata, menulis, berpikir,
bahwa Indonesia akan mengalami balkanisasi. Tapi lihatlah sekarang. Kondisi fiskal
kita sangat baik. Rasio hutang terhadap
PDB < 26% dan terus menurun, ditargetkan dalam tiga tahun akan menjadi
<20%. Kondisi moneter kita punya kemampuan yang fantastis untuk mengendalikan
inflasi, terbaik di Asia. Dan kita juga punya bonus demografi yang luar biasa.
Tapi kita tidak boleh menyianyiakannya!
Jadi apakah Indonesia akan maju? Tentu tidak bisa dalam
waktu enam bulan ke depan. Tapi ingatlah
perjalanan sejauh seribu mil, dimulai dengan satu langkah. Jadi perlu kerja
keras dari kita semua. Di sinilah optimisme diperlukan, karena perjalanan bakal
panjang dan melelahkan. Jadi silahkan sebut saya pemimpi, tapi jangan suruh
saya berhenti optimis. Saya perlu itu untuk bekerja.
Label:
indonesia 2035
Sunday, December 04, 2011
Mengalahkan Negara Jiran?
Pekan ini menteri favorit saya, Dahlan Iskan, mengeluarkan satu pernyataan yang menarik: "Dalam enam bulan ini, kita bisa kalahkan Malaysia." Mengalahkan? Dalam hal apa? Ternyata yang dimaksud adalah mengalahkan dalam sisi pertumbuhan ekonominya. Hmm, berdasarkah pernyataan beliau tersebut?
Berdasarkan sedikit "riset" yang saya lakukan, ternyata itu sangat mungkin! Berikut data dari indexmundi, mari kita sama2 lihat.
(klik gambar untuk memperbesar)
Kenapa pertumbuhan ekonomi ini penting? Lihat Gambar 2. Itu adalah pertumbuhan PDB per kapita alias per jumlah penduduk. PDB per kapita adalah ukuran yang paling mudah untuk melihat kemakmuran penduduk suatu negara. Tahun 2010, PDB per kapita kita adalah 4.293 dolar internasional (PPP). Jiran kita, 14.590 ! Eaaa, jauh ajyaaa.
Berdasarkan sedikit "riset" yang saya lakukan, ternyata itu sangat mungkin! Berikut data dari indexmundi, mari kita sama2 lihat.
(klik gambar untuk memperbesar)
Gambar 1. Pertumbuhan ekonomi tahunan
Tahun 2010 yang lalu, pertumbuhan ekonomi kita 6.1 %, sedangkan Malaysia 7.2% . Kita masih di belakang sedikit. Bagaimana dengan data terbaru? Menurut tradingeconomics.com, pertumbuhan tahunan kita sampai kuartal ketiga 2011 ini adalah 6.5%. Jiran kita? 5.8% sahaja, nyehehe. Mungkin yang dimaksud Dahlan Iskan adalah, 6 bulan lagi, pertumbuhan ekonomi kita sudah bisa melewati 7.2%. Masih menurut tradingeconomics, secara rata-rata pun dari tahun 2000 sampai 2011, pertumbuhan tahunan kita adalah sebesar 5.27%. Tetangga kita? 4.5% . Jadi overall pertumbuhannya sudah cukup baik. yeaayy!Kenapa pertumbuhan ekonomi ini penting? Lihat Gambar 2. Itu adalah pertumbuhan PDB per kapita alias per jumlah penduduk. PDB per kapita adalah ukuran yang paling mudah untuk melihat kemakmuran penduduk suatu negara. Tahun 2010, PDB per kapita kita adalah 4.293 dolar internasional (PPP). Jiran kita, 14.590 ! Eaaa, jauh ajyaaa.
Gambar 2. PDB per kapita
Kok bisa jauh begitu ya? Hmm, kalau dilihat, sejak awal data tersedia, tahun 1980, kita juga sudah ketinggalan jauh. 2300 vs 600 cing! Kok bisa? Perlu disadari bahwa jumlah penduduk Indonesia jauh lebih besar daripada Malaysia. Dan yang namanya jauh, itu JAUH, banget. saat penduduk kita sudah tembus 244 juta orang, Malaysia baru 27 juta. 9x lipet cing! Jabodetabek aja udah 20 juta lebih kali. Mengurus negara yang jauh lebih besar begitu tentu lebih juga jauh lebih susah. Tapi mau bagaimana lagi, kita memang bangsa yang besar. Masa gara-gara besar terus mau miskin terus? No way!
Kalau ditengok lebih jauh lagi, ekonomi Malaysia tinggal landas pada tahun 90-an. Di Gambar 1, periode itu pertumbuhan ekonomi Malaysia konsisten di kisaran 9-10%. Indonesia di masa yang sama, di kisaran 7-8%an. Sejak jaman orde baru ternyata kita sudah ketinggalan. Sudah gitu, di tahun 98 kita kena krisis ekonomi pula. (Lihat Gambar 1, dalam sekali kan anjloknya)
Sekarang kita mulai bangkit dari krisis, dan secara rata-rata performa kita lebih baik dari tetangga sebelah. Mantan menteri ekonomi kita, Sri Mulyani bilang, bahwa Indonesia itu melakukan yang namanya 'front loaded reform', alias reformasi yang menaruh semua bebannya di depan. Beban reformasi perbankan, desentralisasi, pelepasan timor-timur, pembentukan KPK. Wuih, berdarah-darah juga ya. Saya harap, tahun 2011 ini sebagian besar beban itu sudah terlewati. Ke depan, tinggal memajukan ekonomi sebanyak-banyaknya, secepat-cepatnya. Tentu dengan prinsip yang baik supaya ngga kejebak krisis lagi.
Btw, ada satu negara yang saya masukkan juga ke Gambar 2. Yak, Korea Selatan. Ini adalah contoh negara yang dalam jangka waktu satu generasi bisa mengangkat diri dari negara miskin jadi negara maju. PDB per kapitanya tahun kemarin sudah 29.000. Kok bisa? Hmm, secara rata-rata dari tahun 1971 sampai 2011, pertumbuhan ekonominya sebesar 7.1% . Artinya pertumbuhan kita yang 6.5 % itu sebenarnya sudah luar biasa. Tingkatkan lagi dan jaga performansinya. Dalam satu generasi, saya sungguh-sungguh percaya Indonesia juga akan menjadi negara maju. Dan PR itu, hehe nampaknya generasi saya kebagian paling banyak mengerjakannya. Yuk!
Label:
indonesia 2035
Sunday, September 05, 2010
Bagaimana caranya jadi negara berpendapatan tinggi?
Pagi semua!
Pagi-pagi saya nemu sebuah tulisan bagus dari Time.com, jadi ingin saya ulas sendiri. Sebelum lanjut, coba dibaca dulu artikelnya yak! :D
Tulisan yang saya sebut membahas tentang kondisi jiran kita tercinta, Malaysia, yang saat ini disebut terjebak dalam middle-income-trap. Intinya, banyak negara yang berhasil keluar dari kemiskinan, namun gagal mencapai tingkat pendapatan yang tinggi. Artinya, negara-negara itu terjebak di kelas menengah. Malaysia termasuk dalam kelompok ini.
Pertanyaan pertama, Why? Kenapa sebuah negara bisa terjebak? Ternyata, relatif "mudah" untuk keluar dari kemiskinan. Bila suatu negara miskin, maka upah buruhnya lebih murah, sehingga sangat kompetitif. Banyak pabrik-pabrik didirikan dan membuka lapangan pekerjaan, dan akhirnya, meningkatkan pendapatan. Dengan pendapatan yang meningkat, upah buruh juga akan meningkat (yang artinya: bagoos! :D). Tapi, artinya negara ini akan kehilangan kekompetitifannya. Pertumbuhan pun terhenti.
So, bagaimana kita bisa lepas dari jebakan ini? Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menggeser industri manufaktur dari low-tech industry ke industri yang berteknologi lebih tinggi. Inilah yang saat ini sedang dilakukan Malaysia. Tapi ini saja belum cukup. Suatu negara haruslah bisa melakukan inovasi dan menciptakan produk-produk mereka sendiri daripada sekedar membuat barang yang dirancang oleh negara lain. Contoh favorit saya adalah Korea Selatan (dan kebetulan disebut juga di artikel itu :p)
Bagaimana dengan tanah air kita, Indonesia? Sayangnya, negara kita saat ini masih berjuang melepaskan diri dari kemiskinan, dengan cara konvensional. Kalau baca www.goodnewsfromindonesia.org, kita akan tahu bahwa begitu banyak perusahaan yang menjadikan kita sentra produksinya. Tentunya itu adalah kabar yang sangat baik, karena begitu banyak orang bisa makan karena itu. Tapi kita harus sadar bahwa itu tidak cukup. Bangsa kita harus mampu melahirkan karya inovatif dan berharga untuk dunia. Dan itu adalah tugas kita, para pemuda, para intelektual, yang telah diberi kesempatan lebih untuk berkarya. Potong segala keribetan birokrasi yang melelahkan dan tak efektif! Hargai orang-orang yang berpotensi dan telah berkarya!
Semangat kawan, di tangan kita, bangsa ini harus jadi besar!
Day #5
Pagi-pagi saya nemu sebuah tulisan bagus dari Time.com, jadi ingin saya ulas sendiri. Sebelum lanjut, coba dibaca dulu artikelnya yak! :D
Tulisan yang saya sebut membahas tentang kondisi jiran kita tercinta, Malaysia, yang saat ini disebut terjebak dalam middle-income-trap. Intinya, banyak negara yang berhasil keluar dari kemiskinan, namun gagal mencapai tingkat pendapatan yang tinggi. Artinya, negara-negara itu terjebak di kelas menengah. Malaysia termasuk dalam kelompok ini.
Pertanyaan pertama, Why? Kenapa sebuah negara bisa terjebak? Ternyata, relatif "mudah" untuk keluar dari kemiskinan. Bila suatu negara miskin, maka upah buruhnya lebih murah, sehingga sangat kompetitif. Banyak pabrik-pabrik didirikan dan membuka lapangan pekerjaan, dan akhirnya, meningkatkan pendapatan. Dengan pendapatan yang meningkat, upah buruh juga akan meningkat (yang artinya: bagoos! :D). Tapi, artinya negara ini akan kehilangan kekompetitifannya. Pertumbuhan pun terhenti.
So, bagaimana kita bisa lepas dari jebakan ini? Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menggeser industri manufaktur dari low-tech industry ke industri yang berteknologi lebih tinggi. Inilah yang saat ini sedang dilakukan Malaysia. Tapi ini saja belum cukup. Suatu negara haruslah bisa melakukan inovasi dan menciptakan produk-produk mereka sendiri daripada sekedar membuat barang yang dirancang oleh negara lain. Contoh favorit saya adalah Korea Selatan (dan kebetulan disebut juga di artikel itu :p)
Bagaimana dengan tanah air kita, Indonesia? Sayangnya, negara kita saat ini masih berjuang melepaskan diri dari kemiskinan, dengan cara konvensional. Kalau baca www.goodnewsfromindonesia.org, kita akan tahu bahwa begitu banyak perusahaan yang menjadikan kita sentra produksinya. Tentunya itu adalah kabar yang sangat baik, karena begitu banyak orang bisa makan karena itu. Tapi kita harus sadar bahwa itu tidak cukup. Bangsa kita harus mampu melahirkan karya inovatif dan berharga untuk dunia. Dan itu adalah tugas kita, para pemuda, para intelektual, yang telah diberi kesempatan lebih untuk berkarya. Potong segala keribetan birokrasi yang melelahkan dan tak efektif! Hargai orang-orang yang berpotensi dan telah berkarya!
Semangat kawan, di tangan kita, bangsa ini harus jadi besar!
Day #5
Wednesday, March 11, 2009
Indonesia 2035 - Pendahuluan
Hum, sudah lama saya tidak menulis dalam bahasa Indonesia, jadi sekarang, nulis ah!
Saya ingin berbagi tentang visi saya tentang Indonesia tahun 2035. Pertama, kenapa perlu sebuah visi? Terus terang ini cuma untuk membantu saya saja dalam merencanakan hidup. Dalam melihat sebuah masalah, saya cenderung melihat gambaran besarnya, kemudian baru mengisi detail2 kecil yang diperlukan. Haha, ini kadang menjadi suatu masalah, karena sering kali saya terlalu asyik membayangkan kemana-mana, dan malah jadi gak beranjak kemana-mana, hehe. Katanya sih saya seorang visual-spatial learner. Semoga dengan menuliskan hasil "penerawangan" saya, bisa bikin saya lebih mudah untuk merumuskan bagaimana supaya visi saya itu bisa terwujud. Seperti orang bilang, devil is in the detail, jadi mari kita mulai saja! :D
Pertama, kenapa tahun 2035? Karena pada tahun itu saya berusia 48 tahun. Saya rasa pada usia itu saya sudah pantas untuk melihat ke belakang, dan berkata.. hoo.. ini toh yang sudah saya lakukan. Ya, saya berencana untuk menjadikan usia itu sebagai patokan keberhasilan hidup saya ini. Walau tentu saja itu semua tergantung Yang Maha Kuasa. Tidak, saya tidak berencana untuk pensiun pada usia itu. Terus terang, belum terbayang oleh saya bagaimana saya akan pensiun. (ups, mulai kemana-mana nih :p). Yang jelas, pada usia itu saya bayangkan saya sudah menghabiskan usia "prima" saya, sehingga hasil karya terbaik saya seharusnya sudah bisa dilihat. Setelah lewat masa itu, apa boleh buat, sisa tenaga aja deh :p.
Jadi, visi saya untuk Indonesia 2035 adalaaah:
mampu memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri, dengan porsi energi terbarukan lebih dari 10%!
bisakah? realistiskah? hum,, saya masih harus banyak cari tahu. Target ini bakal sering direvisi, seiring perjalanan saya mencapainya. so, stay tuned guys!
Saya ingin berbagi tentang visi saya tentang Indonesia tahun 2035. Pertama, kenapa perlu sebuah visi? Terus terang ini cuma untuk membantu saya saja dalam merencanakan hidup. Dalam melihat sebuah masalah, saya cenderung melihat gambaran besarnya, kemudian baru mengisi detail2 kecil yang diperlukan. Haha, ini kadang menjadi suatu masalah, karena sering kali saya terlalu asyik membayangkan kemana-mana, dan malah jadi gak beranjak kemana-mana, hehe. Katanya sih saya seorang visual-spatial learner. Semoga dengan menuliskan hasil "penerawangan" saya, bisa bikin saya lebih mudah untuk merumuskan bagaimana supaya visi saya itu bisa terwujud. Seperti orang bilang, devil is in the detail, jadi mari kita mulai saja! :D
Pertama, kenapa tahun 2035? Karena pada tahun itu saya berusia 48 tahun. Saya rasa pada usia itu saya sudah pantas untuk melihat ke belakang, dan berkata.. hoo.. ini toh yang sudah saya lakukan. Ya, saya berencana untuk menjadikan usia itu sebagai patokan keberhasilan hidup saya ini. Walau tentu saja itu semua tergantung Yang Maha Kuasa. Tidak, saya tidak berencana untuk pensiun pada usia itu. Terus terang, belum terbayang oleh saya bagaimana saya akan pensiun. (ups, mulai kemana-mana nih :p). Yang jelas, pada usia itu saya bayangkan saya sudah menghabiskan usia "prima" saya, sehingga hasil karya terbaik saya seharusnya sudah bisa dilihat. Setelah lewat masa itu, apa boleh buat, sisa tenaga aja deh :p.
Jadi, visi saya untuk Indonesia 2035 adalaaah:
mampu memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri, dengan porsi energi terbarukan lebih dari 10%!
bisakah? realistiskah? hum,, saya masih harus banyak cari tahu. Target ini bakal sering direvisi, seiring perjalanan saya mencapainya. so, stay tuned guys!
Subscribe to:
Posts (Atom)