Sunday, September 05, 2010

Bagaimana caranya jadi negara berpendapatan tinggi?

Pagi semua!

Pagi-pagi saya nemu sebuah tulisan bagus dari Time.com, jadi ingin saya ulas sendiri. Sebelum lanjut, coba dibaca dulu artikelnya yak! :D

Tulisan yang saya sebut membahas tentang kondisi jiran kita tercinta, Malaysia, yang saat ini disebut terjebak dalam middle-income-trap. Intinya, banyak negara yang berhasil keluar dari kemiskinan, namun gagal mencapai tingkat pendapatan yang tinggi. Artinya, negara-negara itu terjebak di kelas menengah. Malaysia termasuk dalam kelompok ini.

Pertanyaan pertama, Why? Kenapa sebuah negara bisa terjebak? Ternyata, relatif "mudah" untuk keluar dari kemiskinan. Bila suatu negara miskin, maka upah buruhnya lebih murah, sehingga sangat kompetitif. Banyak pabrik-pabrik didirikan dan membuka lapangan pekerjaan, dan akhirnya, meningkatkan pendapatan. Dengan pendapatan yang meningkat, upah buruh juga akan meningkat (yang artinya: bagoos! :D). Tapi, artinya negara ini akan kehilangan kekompetitifannya. Pertumbuhan pun terhenti.

So, bagaimana kita bisa lepas dari jebakan ini? Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan menggeser industri manufaktur dari low-tech industry ke industri yang berteknologi lebih tinggi. Inilah yang saat ini sedang dilakukan Malaysia. Tapi ini saja belum cukup. Suatu negara haruslah bisa melakukan inovasi dan menciptakan produk-produk mereka sendiri daripada sekedar membuat barang yang dirancang oleh negara lain. Contoh favorit saya adalah Korea Selatan (dan kebetulan disebut juga di artikel itu :p)

Bagaimana dengan tanah air kita, Indonesia? Sayangnya, negara kita saat ini masih berjuang melepaskan diri dari kemiskinan, dengan cara konvensional. Kalau baca www.goodnewsfromindonesia.org, kita akan tahu bahwa begitu banyak perusahaan yang menjadikan kita sentra produksinya. Tentunya itu adalah kabar yang sangat baik, karena begitu banyak orang bisa makan karena itu. Tapi kita harus sadar bahwa itu tidak cukup. Bangsa kita harus mampu melahirkan karya inovatif dan berharga untuk dunia. Dan itu adalah tugas kita, para pemuda, para intelektual, yang telah diberi kesempatan lebih untuk berkarya. Potong segala keribetan birokrasi yang melelahkan dan tak efektif! Hargai orang-orang yang berpotensi dan telah berkarya!

Semangat kawan, di tangan kita, bangsa ini harus jadi besar!

Day #5

No comments: