Background info: Saat sekolah sekolah dulu, matematika adalah pelajaran kesukaan saya. Betul, makanya sejak dulu saya tak pernah ragu untuk masuk ke sekolah teknik, hehe.
Kemarin kebetulan saya melihat video presentasi TED yang berkaitan dengan matematika. Judul presentasinya: Conrad Wolfram - "Teaching Kids Real Math with Computers". Judul yang sangat menarik bagi saya, karena mengandung dua kata: "math" dan "computer". Selain itu judulnya juga provokatif: real math?? jadi yang selama ini diajarin di sekolahan bukan real math?? who the hell is this guy, dare talked like that.
Langsung meluncur ke TKP! Saya juga menganjurkan pembaca menonton dulu videonya sebelum baca artikel ini, hehe.
Oke, yang pertama dibahas dalam presentasi itu adalah:
Why teach math? Kenapa sih pelajaran yang bikin puyeng itu jadi pelajaran wajib di sekolahan?
1. pekerjaan teknik. Yes, orang yang ingin bekerja di dunia teknik tentu perlu matematika
2. kehidupan sehari-hari (beli2, itung barang)
3. melatih logika. Matematika melatih logika, yang sangat penting untuk hidup jaman sekarang ini.
Terus, apa sih matematika itu? Kata Mr. Wolfram:
Math:
1. posing the right question
2. real world > math formulation
3. computation
4. math formulation > real world, verification
Hmm, ya ya. Sepertinya kita belajar itu semua di sekolah. Terus apa yang salah dong?? Yang salah adalah, kita terlalu banyak menghabiskan waktu di langkah no (3), sedangkan langkah (3) ini sudah dapat dilakukan dengan alat bantu (baca: komputer). Yang harus dilakukan adalah mengurangi porsi langkah (3), dan memperbanyak langkah (1),(2), dan (4). Dosen saya, Pak Her pernah bilang, orang yang cerdas bukanlah orang yang bisa menjawab dengan tepat, tapi orang yang bisa mengajukan pertanyaan yang tepat.
Trus, kenapa sih kita terjebak dengan menghitung tangan. Apa keuntungan berhitung dengan tangan? Kata Pak Conrad, alasan yang biasa dikatakan orang:
1. hitungan praktis, macem berapa harus bayar pajak, berapa luas tanah, dll.(valid)
2. belajar dasarnya dulu (kurang valid). Dasar? Apa yang disebut dasar?
3. komputer "mendangkalkan" matematika (sama sekali gak valid)
4. menghitung dengan tangan memunculkan pengertian tentang (valid)
Kita harus mencari cara untuk mengurangi porsi menghitung, tanpa menghilangkan keuntungan validnya. Dengan demikian kita dapat memberi tempat untuk konsep. Padahal saya suka menghitung lho (baca background info :P) Terus terang, kemesraan saya dan matematika sempat terganggu. Tahun pertama dan kedua, saya diajari tentang kalkulus dan matematika fisik. Terus terang saya tidak bisa menangkap apa sebenarnya yang saya pelajari dan apa gunanya. Akibatnya, tiada motivasi untuk belajar. 14 SKS matematika dan tidak ada yang dapat A, huks.
Keadaan berubah saat saya di tingkat 3 dan 4. Saya mulai mempelajari dinamika fluida, pemodelan sistem, mekanika kuantum dsb. Semuaaa menggunakan matematika. Baru saya ngeh, ooooh, semua itu untuk inii. Barulah kemudian saya buka lagi itu buku2 matematika dan belajar dari situ. It was super exciting!
Nah, Pak Wolfram mengusulkan bahwa matematika diajarkan sesuai dengan tingkat kesulitan konsepnya, bukan hitungannya. Dengan metoda yang diusulkan pak Wolfram ini, tentu tidak perlu lagi harus ada murid yang bernasib seperti saya. Misalnya kalkulus. Konsep kalkulus itu ngga rumit lho. Yang susah itu hitugannya. (believe me, saya dapat D saat kalkulus tapi saya fasih menurunkan persamaan atom hidrogen >:) ). Sebagian waktu yang dihabiskan untuk kalkulasi dapat dialihkan untuk membicarakan konsep dan contoh implementasi. Untuk memahami langkah-langkah dan prosedur kalkulasi si murid ditugaskan membuat program. Worked perfectly for me. Tidak perlu pemrograman yang sulit-sulit. Bisa dimulai dengan Ms. Excel misalnya, menghitung lintasan gerak parabola, terus diplot. Menarik dan intuitif!
Hmm, saya ingin mencoba berekesperimen soal hal ini. Siapa yang bisa jadi bahan percobaan yaa.. *lirik-lirik anak orang*
EDIT2:
Dari diskusi sama temen2 di plurk, yang susah dalam pengajaran konsep adalah,, ujiannya. Jauh lebih mudah menguji benar salah hitungan daripada menguji pengertian konsep. Hmm, gimana caranya yaa..