Saya rasa kebanyakan orang di Indonesia sudah muak dengan korupsi. Terbukti dengan luasnya dukungan untuk KPK dan Pak Susno yang mengungkap mafia peradilan. Tetapi, terkadang kita tak sadar bahwa kita sedang melakukan korupsi. Mungkin karena korupsi sudah terlalu dekat dengan kita sehari-hari. Ya, seperti yang saya alami tadi pagi.
Tadi pagi-pagi sekali saya pergi ke bengkel mobil langganan. Pemiliknya baik dan montir2nya handal. Dari terakhir kali saya berkunjung saya lihat bengkelnya mengalami perluasan, sekarang mereka juga punya fasilitas spooring dan balancing. Saya tentu ikut merasa senang.
Ada beberapa item service yang saya minta: ganti oli, ganti karet shockbreaker, ganti karet wiper, serta perbaiki klakson. Saya dilayani oleh montir yang belum pernah melayani saya sebelumnya. Saat melakukan perbaikan klakson, tiba-tiba sang montir berkata kepada saya: "Mas, memperbaiki klakson ini ongkosnya 50 ribu. Tapi Mas bisa bayar 30 ribu saja ke saya, tidak perlu dimasukkan ke (billing-red) toko". Saya tertegun, tapi kemudian kehilangan kata-kata ketika ia melanjutkan, "Ini kebijaksanaan dari saya saja Mas, jadi untung kan, bisa bayar lebih murah?"
Sesungguhnya saya ingin berkata, "Kebijaksaan ndasmu peang apa??", tapi ditahan karena nasib mobil saya masih ada di tangan montir itu. Saya cuma bilang, "Dimasukkan ke toko saja Pak" .
Ada beberapa masalah dengan `kebijaksaanaan` itu. Yang pertama, karena pekerjaan dilakukan dilakukan di bengkel, dengan peralatan bengkel, dan waktu montir yang sudah dibayar bengkel, maka sudah seharusnya bengkel (alias pemilik toko) mendapat bagian dari hasil pekekerjaan itu. Mem-bypass toko memang akan membuat uang yang harus saya keluarkan lebih kecil (dan mungkin membuat bayaran nett yang dibawa si montir lebih besar), tapi itu menyalahi moral. Korupsi.
Permasalahan yang kedua. Mungkin si montir melihat, ah, Ncik pemilik tokonya sudah kaya, dipotong sedikit tidak akan masalah. Tapi dilihat lagi dong, kalau keuntungan berkurang tak perlu tentu pemilik toko akan kesulitan mengembangkan bisnisnya. Mungkin fasilitas spooring yang saya lihat masih mengilap tidak akan ada. Tidak ada juga montir baru yang dipekerjakan. (Saya yakin montir yang menawari saya tadi juga adalah montir baru, karena baru pertama saya lihat) Jadi malah rugi semua toh?
Oh btw, saya pernah dengar korupsi dengan modus sama persis di satu BUMN. Jadi dari sekian banyak item order pelanggan, ada satu-dua item yang dijadikan ajang perselingkuhan antara pegawai dan pelanggannya. Item2 ini tidak dilaporkan ke perusahaan, dan pelanggan langsung membayar ke pegawai dengan harga 'diskon'. Harga yang sudah didiskon ini masih lumayan lho, yaa cukuplah untuk membeli sebuah Honda Jazz baru. Lumayan sekali bukan untuk sang pegawai? Gaji dari perusahaan tetap masuk secara reguler pulak. Dasar gilak.
Yak jadi demikian teman. Kalau dapat tawaran jalan pintas seperti itu, pikir lagi, apakah ada hak-hak orang lain yang kita hilangkan?
4 comments:
uhu..semakin terang-terangan sajah:(
Iya nih! cieeh, foto bloggernya baruu! Udah balik dari US? mana oleh2 buat gw??
kalo donlot2 pake benwit kantor ato kampus, termasuk ga? (ninja)(ninja)(ninja)
@beck
Hahahha, inilah inilah, sering yaaa ;))
Tergantung kantornya sih. Ada lho kantor yang membolehkan pegawai ngenet untuk keperluan pribadi dengan benwit kantor, asal kerjaan beres aja :D. Tapi ada juga yang strict ngelarang, nah ini sih udah masuk korupsi kecil2an.
Post a Comment