Sunday, September 23, 2012

Penampilan itu penting!

Satu hal yang saya amati dari orang Korea adalah, mereka sangat memperhatikan penampilan, baik laki-laki dan wanita. Soal cerita banyaknya perempuan Korea yang operasi plastik itu memang benar, paling tidak untuk daerah sekitar mata. Para lelaki juga menjaga supaya kulit mereka tidak hitam dan kasar. Saat saya mengobrol dengan teman Korean saya, dia bilang sih karena orang Korea banyak menilai orang berdasarkan penampilan. Saya sendiri selama ini tidak terlalu memperhatikan penampilan. Kalau lihat saya pakai baju yang bagus, besar kemungkinan bahwa itu adalah pemberian orang, hahahha.

Suatuh malam di lab, teman saya, seorang Korea bertanya, "Taufiq, do you know about flash mob ?" Rupanya dia lagi lihat-lihat video flashmob. "Sure, do you want to see a flashmob video from my hometown?" .Terus saya kirimi lah dia link video ini:

Selesai menonton, reaksi teman saya itu sungguh tidak saya kira. "Taufiq, apa Indonesia lebih maju dibanding Filipina dan Vietnam?". Belum sempat saya menjawab, teman saya dari Vietnam nyamber, "Iya, Indonesia itu paling powerful di SE Asia". "Really?" kata teman Korea saya tak percaya. Well, karena ada benarnya ya saya nyengir aja dan nanya balik, "Kenapa emang?" ."Fashionnya kelihatan modern, dan jalanannya bersih". Well, itu Bandung, so we got fashion alright :p, dan itu Dago, tempatnya memang relatif bersih. Satu lagi yang dikomentarin adalah soal beragamnya rupa orang di video itu. Yaa kalo dibandingin sama di Korea sih ya jelas kelihatan macam-macam ya.

Menarik juga bahwa jalan yang bersih itu bisa jadi indikator majunya suatu negara. Artinya kemajuan suatu negara itu memang tergantung dari budaya orang-orangnya ya. Budaya bersih, budaya antri. Dan kalau soal itu, sedihnya kita memang masih belum maju. Dari laporan pandangan twitter kemarin, banyak teman saya yang ngomel-ngomel karena para #KelasMenengahNgehe yang mampu beli tiket konser SMTown Jakarta saja masih seenaknya buang sampah sembarangan.

Tampaknya teman saya teman saya tadi masih penasaran. Dia langsung nyuruh teman Korea saya yang lain buat me-naver ekonomi Indonesia. Jengjeng! Dan muncullah besarnya ekonomi kita yang cuma satu peringkat di belakang Korea Selatan, hehehe. Sayangnya kita perlu jumlah orang lima kali lebih banyak dari Korea, tapi ya semua butuh proses lah. "Wow, I never thought! Taufiq! This is because of you! Wear better clothes!" 

Hahahha, baiklaaaah.



  



Monday, September 17, 2012

Meninggalkan Jejak

Yak, masih cerita liburan saya, di liburan yang pendek kemarin saya melakukan beberapa perubahan di rumah. Ya, walaupun cuma sebentar, ceritanya saya pengen meninggalkan jejak gitu di rumah. So, ngapain aja?

Pertama lihat rumah, kok kayaknya sudah kusam. Jadilah saya putuskan untuk mengecat pagar rumah. Untungnya masih ada saja toko besi yang buka. Lancar rejekinya ya Koh! Agak telat sih, soalnya sudah H+1, tamu-tamu sudah pada berkunjung, jadi tidak sempat melihat pagar baru (dicat) saya. Pagar selesai dicat, eh bapak keluar bawa sekaleng cat besar, "Ini masih ada cat tembok mas". Jadilah dilanjut sampai garasi sekalian dapat cat baru, hahaha.

Pas pertama masuk kamar kaget. Waduh, kasur saya sudah digusur rupanya. Dan di meja, walah, penuh barang-barang peninggalan saya. Maklum, dulu berangkat ke Koreanya buru-buru, jadi banyak deh peninggalannya. Oke, operasi pembersihan dimulai. Dapat barang-barang usang dua kardus besar. Lumayan rumah jadi tambah luas dikit. Sekalian jual koran bekas yang sudah numpuk. Hebat nih tukang loaknya juga udah kerja aja. Sekilo dihargai seribu rupiah. Lucunya saya disuruh nimbang sendiri pakai timbangan dia. Dapat 20 kilo. Banyak juga.

Terus, liat kabel LAN seliweran tak jelas sengak juga.. Ke BEC, beli wireless router dan receiver. Manjat-majat dikit buat menset access point di rumah. Woala! Sekarang ga perlu gantian lagi kabel LANnya. Bisa online dari HP juga, sambil goler-goler di kursi, hehehe. Ya maklum, telepon saya dilock oleh operator Korea, jadi tidak bisa dipasangi nomor lokal. Mau roaming, waduh bisa tekor saya. Namanya juga masih nyicil teleponnya.

Tadinya masih banyak rencana. Eh tapi ternyata oh ternyata kartu ATM saya tertelan mesin. Susah pula diurusnya karena ATMnya kan atas nama si Dini, adik saya. Repotnya yang bersangkutan sudah terbang lagi ke Padang. Jadilaah saya berlibur yang murah-murah saja. Jalan-jalan ke Pasar Baru sama ibu, main ke ZOE, jajan bebek goreng, daan making a progress in my relationship, eheh.

Well, begitulah liburan yang pendek tapi bermakna. Saatnya kembali ke Korea. Tesis oh tesis, segeralah selesai!




Friday, September 07, 2012

Guilty Shopping

For me, among the most missed things being abroad, reading Indonesian books sits at a high ranks. So what to do when I went to my hometown last time? Shopping of course! Off to Gramedia!

It's quite a pleasant surprise to see the bookstore packed with visitor, especially youngster. There are still many fans of book in this old hometown of mine. Atleast my favorite bookstore won't go out of business in the near future, hehe. It's a relief, considering from what I read nowadays the school does not give reading assignment anymore. Blasphemy!

So these four books were what I got for myself. Three of them are about people's life, two about Pak Dahlan Iskan and the other about Pak Chairul Tanjung. These two guys have a something in common. They have the rags to riches life story. And by riches I mean ultra-mega-filthy rich! How can they gain such achievement, are the contents of the books. (hint: it's not by "pencitraan"). Btw, if you read my reading list, you'll notice that I read a lot of biography. I like biographies. By reading them I can learn from the life of great people as example.

The last book may take you by surprise. Yep, it's about stand up comedy! I admire comics (standup comedians) that can talk about sensitive issues and bring them into bright daylight. They must be smart! I want to know how they do that, hence i bought the book.

I finished three of the books. Well I kinda cheated with the Pak Dahlan books since most of the content I have known previously, so I just skimmed it. I save the comedy book for later, since I want to enjoy that book thoroughly.

So, how about you? What books did you get during the last holiday?


Thursday, September 06, 2012

Sejenak Kota Kembang

Banduuung, ibu kota periangan, kota kenangan. Satu setengah tahun saja tidak pulang ke Bandung, rasanya banyak sekali yang berubah.

Pertama kali keluar pesawat, yang ada di pikiran adalah, oh Tuhan enak banget udara Bandung. Tapi langsung prihatin lihat Bandara Husein. Kecil sekali ya gedungnya. Antrian imigrasi hanya ada tiga jalur. Hampir-hampir antrian meluber keluar gedung terminal. Konveyor bagasi cuma ada satu. Meja VOA cuma meja kecil dari kayu. Mungkin karena Bandara Husein adalah bandara dengan peningkatan wisatawan mancanegara terbesar, jadi fasilitasnya tidak siap. Belum lagi Lion pilih Bandung jadi hubnya. Makin banyak saja penumpang Soetta yang beralih ke Husein. Untungnya pengembangan Bandara Husein dipercepat . Semoga lain kali saya terbang dari sana sudah bisa menikmati terminal baru yang megah.

Eh, ini kok jadi kebanyakan link berita yah? Hehe, lanjut. Pulang dari Bandara lewat Pasteur, ternyata jalannya lengang. Sebelumnya sudah siap-siap bermacet ria. Efek dari Lebaran saya kira. Eh sekarang ada putaran baru selain putaran depan BTC. Baguslah, efek macet dari putaran BTC itu berkurang harusnya. Lanjutan Pasteur, di gunung batu sebelah PT. NTP sekarang ada kantor Siemens Power. Jadi ini toh yang bakalan bikin joint venture. Nice lah, semakin banyak perusahaan semakin bagus. Memang satu yang kurang dari Bandung supaya jadi hightech valley macem silicon valley adalah kurangnya perusahaan-perusahaan hightech yang bisa menampung para insinyur jebolan kampus di Bandung. Ayo dong LEN dan DI diperbesar bisnisnya.

Sampai di Jalan Pasantren sudah malam, jadi tidak terlihat angkot-angkot beroperasi. Sekarang bagian jalan yang dibeton semakin banyak. Baguslah, hanya kok tanggung rasanya, kenapa tidak dibeton semua sekalian. Memang sudah tidak terlihat ada lubang sih. Tapi ini musim kering, ujian sesungguhnya akan datang nanti musim hujan.

Memang sepuluh hari itu berlalu sangat singkat kalau dipakai liburan. Apalagi libur lebaran. Sebagian besar waktu dipakai untuk silaturahmi dengan keluarga. Tentu, pertanyaan "wajib" yang bikin gatal telinga tak ketinggalan, hahaha. Untung sekarang ada alasan, selesaikan sekolah dulu, baru menikah, haha! Dan setiap kumpul, tak lupa menyantap opor dan ketupat. Sepuluh hari liburan berat saya naik empat kilogram saja.

Tak lupa kumpul dengan kawan-kawan lama. Kawan sejak SMA yang selalu jadi teman bermain bola. Beberapa teman yang sudah menikah memperkenalkan pasangannya. Mantap! Tapi terlihat tren yang ganjil: yang duluan menikah justru yang dulu saat sekolah tidak aneh-aneh dengan perempuan. Nah lho! Untung saya masuk yang tidak aneh-aneh juga, hehehe. Salah seorang kawan mengadakan resepsi di Biofarma. Sekarang di Biofarma ada gedung masjid megah lho!

Tahu-tahu sudah tiba waktu untuk kembali ke Korea. Ah, malas sekali rasanya packing, sampai ibu harus mengingatkan berkali-kali. Ketika di Bandara Husein, terjadi sedikit insiden. Saya lupa kalau masih harus bayar pajak bandara, padahal sudah sama sekali tidak pegang rupiah. Habis bagaimana, umumnya memang pajak bandara tidak ditagih terpisah. Jadi baguslah kalau sekarang sedang diusahakan penyatuan pajak bandara dengan harga tiket.

Bandung, sampai jumpa lima bulan lagi!