Saturday, November 27, 2010

Gokudera

Right now, even more than myself..

there is something much more precious!!

I'm still completely unworthy in so many ways.

I've gotta tone up...

Get taller and stretch...

And lay plans and ambitions.


Katekyo Hitman Reborn - 316

Saturday, November 20, 2010

Math is Super Exciting

Background info: Saat sekolah sekolah dulu, matematika adalah pelajaran kesukaan saya. Betul, makanya sejak dulu saya tak pernah ragu untuk masuk ke sekolah teknik, hehe.

Kemarin kebetulan saya melihat video presentasi TED yang berkaitan dengan matematika. Judul presentasinya: Conrad Wolfram - "Teaching Kids Real Math with Computers". Judul yang sangat menarik bagi saya, karena mengandung dua kata: "math" dan "computer". Selain itu judulnya juga provokatif: real math?? jadi yang selama ini diajarin di sekolahan bukan real math?? who the hell is this guy, dare talked like that. Langsung meluncur ke TKP! Saya juga menganjurkan pembaca menonton dulu videonya sebelum baca artikel ini, hehe.

Oke, yang pertama dibahas dalam presentasi itu adalah:
Why teach math? Kenapa sih pelajaran yang bikin puyeng itu jadi pelajaran wajib di sekolahan?
1. pekerjaan teknik. Yes, orang yang ingin bekerja di dunia teknik tentu perlu matematika
2. kehidupan sehari-hari (beli2, itung barang)
3. melatih logika. Matematika melatih logika, yang sangat penting untuk hidup jaman sekarang ini.


Terus, apa sih matematika itu? Kata Mr. Wolfram:
Math:
1. posing the right question
2. real world > math formulation
3. computation
4. math formulation > real world, verification

Hmm, ya ya. Sepertinya kita belajar itu semua di sekolah. Terus apa yang salah dong?? Yang salah adalah, kita terlalu banyak menghabiskan waktu di langkah no (3), sedangkan langkah (3) ini sudah dapat dilakukan dengan alat bantu (baca: komputer). Yang harus dilakukan adalah mengurangi porsi langkah (3), dan memperbanyak langkah (1),(2), dan (4). Dosen saya, Pak Her pernah bilang, orang yang cerdas bukanlah orang yang bisa menjawab dengan tepat, tapi orang yang bisa mengajukan pertanyaan yang tepat.

Trus, kenapa sih kita terjebak dengan menghitung tangan. Apa keuntungan berhitung dengan tangan? Kata Pak Conrad, alasan yang biasa dikatakan orang:
1. hitungan praktis, macem berapa harus bayar pajak, berapa luas tanah, dll.(valid)
2. belajar dasarnya dulu (kurang valid). Dasar? Apa yang disebut dasar?
3. komputer "mendangkalkan" matematika (sama sekali gak valid)
4. menghitung dengan tangan memunculkan pengertian tentang (valid)

Kita harus mencari cara untuk mengurangi porsi menghitung, tanpa menghilangkan keuntungan validnya. Dengan demikian kita dapat memberi tempat untuk konsep. Padahal saya suka menghitung lho (baca background info :P) Terus terang, kemesraan saya dan matematika sempat terganggu. Tahun pertama dan kedua, saya diajari tentang kalkulus dan matematika fisik. Terus terang saya tidak bisa menangkap apa sebenarnya yang saya pelajari dan apa gunanya. Akibatnya, tiada motivasi untuk belajar. 14 SKS matematika dan tidak ada yang dapat A, huks.

Keadaan berubah saat saya di tingkat 3 dan 4. Saya mulai mempelajari dinamika fluida, pemodelan sistem, mekanika kuantum dsb. Semuaaa menggunakan matematika. Baru saya ngeh, ooooh, semua itu untuk inii. Barulah kemudian saya buka lagi itu buku2 matematika dan belajar dari situ. It was super exciting!

Nah, Pak Wolfram mengusulkan bahwa matematika diajarkan sesuai dengan tingkat kesulitan konsepnya, bukan hitungannya. Dengan metoda yang diusulkan pak Wolfram ini, tentu tidak perlu lagi harus ada murid yang bernasib seperti saya. Misalnya kalkulus. Konsep kalkulus itu ngga rumit lho. Yang susah itu hitugannya. (believe me, saya dapat D saat kalkulus tapi saya fasih menurunkan persamaan atom hidrogen >:) ). Sebagian waktu yang dihabiskan untuk kalkulasi dapat dialihkan untuk membicarakan konsep dan contoh implementasi. Untuk memahami langkah-langkah dan prosedur kalkulasi si murid ditugaskan membuat program. Worked perfectly for me. Tidak perlu pemrograman yang sulit-sulit. Bisa dimulai dengan Ms. Excel misalnya, menghitung lintasan gerak parabola, terus diplot. Menarik dan intuitif!

Hmm, saya ingin mencoba berekesperimen soal hal ini. Siapa yang bisa jadi bahan percobaan yaa.. *lirik-lirik anak orang*

EDIT2:
Dari diskusi sama temen2 di plurk, yang susah dalam pengajaran konsep adalah,, ujiannya. Jauh lebih mudah menguji benar salah hitungan daripada menguji pengertian konsep. Hmm, gimana caranya yaa..

Tuesday, November 02, 2010

Kirim surat? Pake layanan Pos aja!

Aduh, maafkan judul yang tampak seperti promosi itu. Bagaimana dong, tulisan ini memang isinya promosi sih, hehe. (disc: ini bukan blog berbayar)

Jadi begini, beberapa waktu yang lalu saya berkepentingan untuk mengirim dokumen ke luar negeri, tepatnya ke Korea Selatan. Biasanya, untuk mengirim dokumen ke luar, saya menggunakan jasa kurir yang sudah mendunia, tiga huruf, depannya D belakangnya L :p.

Masalah muncul ketika kesibukan saya akhir2 ini tidak memungkinkan saya untuk pergi ke kurir mancanegara itu pada hari kerja, yang mana pada akhir pekan dia malah tutup. Setelah tertunda beberapa lama, saya mendengar bahwa beberapa kantor cabang PT Pos Indonesia buka pada akhir pekan. Bimbang sejenak, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan layana Pos saja. Agak parno pake layanan perusahaan plat merah. Yah, you know lah.. identik dengan layanan yang gak oke soalnya.

Akhirnya di suatu akhir pekan yang mendung, walau tak selamanya mendung itu kelabu, saya pergi ke kantor pos di Jalan Banda. Karena dia termasuk cabang yang besar, saya yakin dia buka pada akhir pekan. Yak, benar, walaupun hanya sampai jam 12 saja menurut petugas posnya. Kalau ingin ke kantor pos yang buka sampai sore, ke Jl. Asia Afrika Bandung saja, buka sampai ja 5 (atau setengah lima?) lupa. Kalau hari biasa sampai jam delapan malam. Nice!

Sampai di depan counter, saya cek dulu dokumen saya. Doh! saya lupa bawa pas foto! Sebenarnya saya tadinya memang tak niat ke kantor pos sih, ini sekalian mengantar adik saja. Akhirnya tanya-tanya dulu deh, ke mbak penjaga counternya. Dilayani dengan ramah, saya mendapat info bahwa untuk layanan EMS dokumen saya akan sampai ke Korea dalam waktu empat hari kerja. Saya juga mencoba menimbang dokumen saya untuk tahu harga yang harus dibayar. 125 ribu, sepertiga dari ongkos yang harus saya keluarkan kalau memakai jasa kurir mancanegara tadi. Hm, dengan waktu pengiriman yang cuma lebih lama satu hari dari si kurir mancanegara, it is quite a bargain isn't it?

Saya kembali dulu ke rumah untuk mengambil pas foto. Niat segera berangkat, namun apa mau dikata sang mendung akhirnya menjelma menjadi hujan. Akhirnya saya sampai di kantor pos pukul 11.30. Agak deg2an juga, hehe. Saya pun segera menuju ke counter. Woh, sekarang ongkosnya hanya Rp 99 ribu saja. Rupanya tindakan saya mengeluarkan hal-hal yang tidak perlu dari paket dokumen saya di rumah tadi cukup berhasil, hehe.

Malam harinya di rumah, saya cek tracking paket EMS saya di web PT Pos. Asik, paket saya sudah tercatat, walau masih berada di Kantor Pos Bandung. Kalau paket saya betulan sampai dalam empat hari, saya akan terkesan, begitu pikir saya. Oh, buat yang belum tau EMS itu layanan pengiriman ekspres internasionalnya PT Pos. Layanan ini juga memungkinkan kita untuk melacak sudah sampai mana paket layanan kita. Ngga kalah lah sama kepunyaan kurir mancanegara, hehe.

Hari kedua (hari kerja ya, yang Sabtu ga diitung), saya berencana mengecek keberadaan paket saya lagi. Ah, karena terlanjur online, saya sekalian cek email saja. Ow ow ow! Betapa kagetnya saya karena ada email dari pihak yang saya kirimi paket, menyatakan kalau paket saya sudah diterimanya. Dalam dua hari! duuuaaa haaariii! Padahal janjinya empat hari! Bravo! Bravo! *sembah-sembah*

Begitulah, pengalaman ini telah sukses membuat saya jatuh hati pada layanan Pos. Kalau ada perlu kirim dokumen lagi, saya akan pake PT Pos saja. Keep up the good works guys! Don't let me down! Sukses PT Pos Indonesia!

TAMBAHAN: Saat saya membuat tulisan ini, saya menemukan akun twitter PT Pos Indonesia dan fan page Facebooknya. Mantap! Dengan berada online artinya ia membukan diri pada saran dan kritik. That's a winning attitude.
sambil ngirim link ke twitter @posindonesia, siapa tau dapet parsel, ehem :P