Sunday, February 21, 2010

Perencanaan Keuangan

Halo para pembaca yang budiman! :D

Seminggu ini saya sedang gandrung-gandrungnya nih sama yang namanya Perencanaan Keuangan alias Financial Planning (FP). Ini bermula saat saya kebetulan bertemu dengan salah satu teman saya, yang memperkenalkan calon istrinya. Mereka berencana menikah September ini. Semoga lancar yaa. Terus saya tanya kan "Emang Lo udah kerja?". Dia menjawab: "Gw jadi Financial Planner"

Kemudian saya mem-follow @mrshananto di Twitter. Beliau ini yang punya acara FP di HardRock. Ng, jangan tanya acaranya bagus apa ngga, saya bisa dibilang tidak pernah dengar radio, hehehe. Yang jelas, saya tahu Mbak Wina punya website yang mengandung banyak tips keuangan di sini. Menurut saya, hal yang penting yang bisa didapat dari situ adalah tentang pentingnya punya dana darurat, dan tak perlunya unitlink, hehehe. Nanti saya bahas deh ya.

Seperti yang beberapa teman saya tahu, saya ini orangnya cukup impulsif. Nah, bisa gawat kalau urusan belanja yang kena bakat impulsif saya, heheh. Untuk itu dari dulu saya punya semacam rencana keuangan mini.

Saya punya dua buah rekening bank. Yang satu untuk rencana jangka panjang, yang satu lagi rekening gak-mau-tahu-pokoknya-harus-cukup-buat-sebulan, hehehe. Cukup ampuh untuk meredam dampak keinginan saya terhadap hil-hil yang cukup mihil (jadi gw pergi Java Jazz taun ini tuh hasil dari nabung yaa, dilarang protes!) terhadap keamanan keuangan saya. Setelah banyak baca tentang FP, rencana keuangan saya sudah jadi jauh lebih canggih, hohoho. Dan saya jadi sadar, saya masih jauh dari mapan, lol (err, i hope you read this, setelah berhitung dengan angka2, kemampuan ekonomi gw masih harus ditingkatkan seengganya 3xnya lagi baru bisa disebut mapan, jd tolong omongan gw waktu itu diabaikan saja dulu :p).

Di webnya mbak Wina tadi ada tools untuk ngecek kondisi keuangan kita secara cepat. Cobain deh, seru :D. Ini hasil saya:

Wuooh, ternyata pengeluaran rutin saya masih terlalu besar! Hm, sepertinya anggaran makan di luar harus dikurangi nih. Ng, sebenarnya sih saya jarang makan di luar, tapi anggarannya memang saya alokasikan besar. Abis, kalo cuma makan biasa aja, ngapain makan di luar toh? :P. Seringnya sih sisa dan masuk ke tabungan.

Oke, begitulah, bagaimana dengan kamu? Sudah punya rencana?

Sunday, February 07, 2010

Ada Apa dengan Zebra?

Yak, salah satu oleh-oleh saya sepulang dari Jepang adalah sebuah kesadaran, betapa kacaunya lalu-lintas kita. Omigoot! Ups, tapi sepertinya kurang berguna kalau saya bikin post cuma berisi keluh kesah saja, jadi saya mau bikin semacam observasi terhadap satu hal yang menjadi bagian dari lalu lintas kita: Zebra Cross!
From Osaka Daigaku

Tentunya semua orang yang baca tulisan ini tahu apa itu guna zebra cross. Buat tempat orang nyebrang kk! Pinteer! Tapi kenapa ya kk banyak orang yang malas nyebrang di zebra cross? Iya, memang kenyataannya seperti itu kan? Banyak orang yang menyeberang sembarangan, walaupun ada zebra cross yang berjarak kurang dari 10 meter dari tempat dia berdiri.

Sekarang mari kita tengok lagi, memangnya dia bakal untung apa kalau nyebrang di zebra cross? Secara teoritis siih, harusnya dia bakal menyeberang lebih mudah. Kenapa bisa lebih mudah? Karena, seharusnya para pengemudi kendaraan bermotor akan mendahulukan orang yang menyeberang di zebra cross. Artinya mendahulukan? Memberi jalan dengan memperlambat atau kalau perlu memberhentikan kendaraan selama masih memungkinkan!

Kenyataan yang kita lihat sih, aturan itu tidak berlaku. Pengemudi kendaraan tetap saja menjalankan kendaraan seperti biasa walaupun ada orang yang sedang menunggu untuk menyeberang. Ya memang, kalau kejadian ketabrak di zebra cross, pasti yang disalahkan pengemudinya. Tapi siapa sih yang mau ditabrak dulu untuk membuktikan teori di atas?

Karena kenyataannya seperti itu, wajar-wajar saja toh kalau orang-orang jadi malas menyeberang pada tempat yang disediakan. Lha wong ngga ada gunanya juga. Jadi, di tulisan ini saya ingin menghimbau kepada para pengendara kendaraan bermotor, hormatilah pejalan kaki. Mereka juga sama-sama berhak atas jalanan, bahkan seharusnya memiliki strata tertinggi di jalan raya.

Ah, saya jadi ingat iklan layanan masyarakat yang dulu sering terlihat: "Hormatilah pejalan kaki", "Dahulukan pejalan kaki", dll. Iklan-iklan itu kok tak pernah muncul lagi ya sekarang?